Sekolah Terlalu Dini, Anak Berisiko Alami Tekanan Psikologis dan Kehilangan Masa Bermain
Masa kanak-kanak, terutama usia 0-6 tahun, merupakan masa yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak. Pada masa inilah otak anak berkembang pesat hingga mencapai 80% dari kapasitas dewasa. Perkembangan ini memungkinkan anak untuk mulai mengenai dunia, memahami bahasa, serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, rentang usia ini sering disebut sebagai masa emas (Golden Age) masa yang tidak akan terulang kembali dan sangat menentukan arah perkembangan anak dimasa depan.
Namun, dalam upaya memberikan yang terbaik, banyak orang tua justru tergesa-gesa. Mereka berharap anak cepat pintar, cepat bisa membaca, menulis, dan berhitung, lalu memutuskan untuk menyekolahkan anak mengingat bahwa langkah ini bisa membawa dampak psikologis yang serius bagi anak usia dini.
Menurut Elly Risman, seorang psikolog pendidikan dan pemerhati keluarga, hal yang paling dibutuhkan anak di usia awal kehidupan bukanlah pembelajaran formal, melainkan pendekatan hangat bermasa orang tua. Anak membutuhkan rasa aman, kasih saying, dan interaksi emosional untuk membangun sadar kepribadian dan kepercayaam dirinya.
Ia menegaskan, bahwa orang tua belum memahami bahwa permaianan terbaik untuk anak justru adalah tubuh kedua orang tuanya sendiri. Saat orang tua bercerita dengan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan sentuhan kasih saying, itulah bentuk stimulasi yang paling efektif untuk perkembangan emosi, bahasa, dan motorik anak.
Elly Risman menjelaskan bahwa usia yang paling tepat untuk anak mulai sekolah formal adalah ketika pusat-pusat otak sudah saling terhubung dengan baik, yakni sekitar 7 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah lebih matang secara kognitif, sosial, dan emosional, sehingga siap menerima pelajaran dengan cara sehat. Artinya, bila orang tua ingin anak masuk sekolah dasar di usia 7 tahun, maka proses belajar di taman kanak-kanak (TK) bisa dimulai dari usia 5-6 tahun dengan pendekatan yang tetap menyenangkan dan tidak menekan.
Masa emas tidak berlangsung lama. Karena itu, tugas utama orang tua bukanlah mempercepat proses belajar akademk, tetapi memastikan anak tumbuh bahagia, percaya diri, dan siap menghadapi dunia. Anak yang tumbuh dengan penuh kasih sayang, sering bermain, dan mendapatkan waktu berkualitas bersama orang tuanya akan lebih siap secara mental untuk belajar di tahap selanjutnya. Sebaiknya, anak yang ditekan terlalu dini justru berisiko kehilangan semangat belajar dan kebahagiaan di masa kecilnya.
Oleh: Nikenia Rizkiana (244223024) – Mahasiswa Semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Kuningan.

